Contoh Makalah tentang Kepesantrenan
sekolahdantugas.com - Berikut adalah contoh makalah yang membahas tentang kepesantrenan. Makalah ini hanya bersifat sebagai contoh saja. Anda dapat mengembangkannya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesantren merupakan lembaga pendidikan asli Indonesia yang telah eksis jauh sebelum kedatangan Islam di nusantara. Pada masa pra-Islam pesantren dikenal sebagai pencetak elit agama Hindu - Budha. Pada masa Islam pesantren berkembang menjadi pusat berlangsungnya proses pembelajaran ilmu-ilmu keislaman. Sejak masuknya Islam di Indonesia, pondok pesantren menjadi tempat yang paling potensial untuk menjadi pusatpendidikan Islam dan mencetak kader berprestasi, bertakwa, berahlak mulia. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya diikuti oleh perkembangan sistem pendidikan yang berbasis Islam. Secara pedagogis, pesantren lebih dikenal sebagai lembaga pendidikanIslam, yang di dalamnya terdapat pembelajaran ilmu agama Islam dan juga digunakan sebagai wahana dalam menyiarkan agama Islam. dalam hal ini fungsi pesantren berarti telah banyak berbuat untuk mendidik santri.
Kehadiran pesantren di tengah masyarakat tidak hanya sebagai lembaga pendidikan Islam tetapi juga sebagai lembaga penyiaran agama dan sosial keagamaan, yang dengan sifat kefleksibelannya ternyata mampu mengadaptasikan diri serta memenuhi tuntutan masyarakat. Bagaimanapun juga, semua unsur masyarakat dituntut untuk berperan aktif dalam membangun pesantren agar dapat menjalankan fungsinya sebagaibasic sosial contructions. Untuk itu harus ada langkah-langkah modernitas dan perubahan sistem pendidikan. Dan pada saat ini yang mendesak untuk dilakukan pesantren adalah menyusun format instruksional yang adatable dengan perkembangan zaman serta membangun pola pembinaan santri yang value oriented development (berorientasi pada nilai) dan profesionalisme kerja serta menciptakan people based development (pengembangan pembinaan berbasis masyarakat) dengan tetap mempertahankan tradisikepesantrenan yang ada.
Bersamaan dengan globalisasi, pesantren dihadapkan pada beberapa perubahan sosial budaya yang tak terelakkan. Dan sebagai konsekuensinya mau tidak mau pesantren harus memberikan respon yang mutualistis. Kemajuan teknologi telah menembus benteng budaya pesantren. Dinamika sosial ekonomi (lokal – nasional – internasional) dan sejumlah perkembangan lain yang terbungkus dalam dinamika masyarakat mengharuskan pesantren tampil dengan perubahan sistem pendidikan agar tetap eksis dan lebih diminati masyarakat.
BAB II
1. Pengertian Pesantren
Pesantren sering disebut juga sebagai “Pondok Pesantren” yang berasal dari kata “santri”. Senada dengan pernyataan tersebut Dhofier (1982) menegaskan bahwa katasantri mendapatkan awalan pe- di depan dan akhiran -an berarti tempat tinggal para santri.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) pengertian pesantren adalah asrama dan tempat murid-murid belajar mengaji.
Mengenai asal dari kata santri itu sendiri menurut para ahli, satu dengan yang lain berbeda. Manfred Ziemek menyebutkan bahwa asal etimologi dari pesantren adalah pe-santri-an, “tempat santri”, santri atau murid (umumnya sangat berbeda-beda) mendapat pelajaran dari pemimpin pesantren (kyai) dan oleh para guru (ulama atau ustadz)pelajarannya mencakup berbagai bidang tentang pengetahuan Islam.
Pengertian atau ta’rif pondok pesantren tidak dapat diberikan dengan batasan yang tegas, melainkan terkandung fleksibilitas pengertian yang memenuhi ciri-ciri yang memberikan pengertian Pondok Pesantren, setidaknya ada 5 (lima) ciri yang terdapat pada suatu lembaga pondok pesantren, yakni : kyai, santri, pengajian, asrama dan masjid dengan aktivitasnya. Dengan demikian bila orang menulis tentang pengertian pesantrenmaka topik-topik yang harus ditulis sekurang-kurangnya adalah :
a. Kyai pesantren, mungkin mencakup ideal kyai untuk zaman kini dan nanti.
b. Pondok, akan mencakup syarat-syarat fisik dan non fisik, pembiayaan
tempat, penjagaan, dan lain-lain.
c. Masjid, cakupannya akan sama dengan pondok.
d. Santri, melingkupi masalah syarat, sifat dan tugas santri.
e. Kitab kuning, bila diluaskan akan mencakup kurikulum pesantren
f. dalam arti yang luas.
Saat sekarang pengertian yang populer dari pesantren adalah :
Suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bertujuan untuk mendalami ilmu agama Islam, dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian (tafaqquh fiddin) dengan menekankan pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat. Pendapat lain mengatakan bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam (Tafaqquh Fiddin) dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari,penyelenggaraan lembaga pendidikan pesantren berbentuk asrama yang merupakan komunitas tersendiri di bawah pimpinan kyai atau ulama dibantu oleh seorang atau beberapa orang ulama dan atau para ustadz yang hidup bersama ditengah-tengah para santri dengan masjid atau surau sebagai pusat kegiatan peribadatan keagamaan, gedung-gedung sekolah atau ruang-ruang belajar sebagai pusat kegiatan belajar mengajar, sertapondok-pondok sebagai tempat tinggal para santri selama 24 jam dari masa kemasa mereka hidup kolektif antara kyai, ustadz, santri dan para para pengasuh pesantren lainnya, sebagai satu keluarga besar. Sehingga bila dirangkum semua unsur-unsur tersebut dapatlah dibuat suatu pengertian pondok pesantren yang bebas. Adapun yang dimaksud penulis dengan pesantren ialah suatu lembaga pendidikan Islam yang dijadikan tempat tinggal para santri untuk mendalami, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam (Tafaqquh Fiddin) dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari, yang diselenggarakan dengan limaelemen penting, meliputi, kyai, pondok / asrama, masjid, santri, dan pengajian kitab kuning.
2. Tujuan Pesantren.
Tujuan pendidikan Pesantren tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran murid-murid dengan penjelasan-penjelasan, tetapi untuk meninggikan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajar sikap dan tingkah laku yang bermoral, dan menyiapkan para murid untuk hidup sederhana dan bersih hati. Tujuan pendidikan pesantren yang lebih konprehensif sebagai yang dikutip Ahmad Muthohar dari Mastuhu adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian Muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat dan berkhidmat kepada masyarakat, mampu berdiri sendiri, bebas dan tangguh dalam kepribadian, menyebarkan agama dan menegakkan islam, mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia.
Mujammil Qomar mengungkapkan dua tujuan pendidikan pesantren; pertama tujuan umum yaitu membina warga Negara agar berkepribadian Muslim sesuai dengan ajaran-ajaran Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat dan Negara. Kedua ;
tujuan khusus yaitu:
a. Mendidik siswa/santri anggota masyarakat untuk menjadi orang Muslim yang bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan, siswa/santri untuk menjadi manusia Muslim selaku kader-kader Ulama dan mubalig, yang berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta dalam mengamalkan ajaran Islam secara utuh dan dinamis.
b. Mendidik siswa/santri untuk memperoleh kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya dan bertanggung jawab kepada pembangunan bangsa dan Negara.
c. mendidik tenaga-tenaga penyuluh pembangunan mikro (keluarga) dan regional (pedesaan,/masyarakat lingkungannya.
d. Mendidik siswa/santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam berbagai sektor pembangunan, khususnya pembangunan mental spiritual.
e. Mendidik siswa/santri untuk membantu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat lingkungan dalam rangka usaha pembangunan masyarakat bangsa.
Semua tujuan yang diungkapkan di atas, menegaskan bahwa pendidikan pesantren memiliki posisi strategis dan penting dalam membentuk manusia-manusia Indonesia dengan sumber daya insane yang mapan spiritual, intelektual dan trampil dibingkai dengan akhlak mulia, sensitivitas terhadap lingkungan dan terbuka terhadap kemajuan zaman.
3. Nilai Pesantren.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam niscaya dalam operasionalnya mengacu pada prinsip-prinsip nilai-nilai yang diajarankan oleh Islam itu sendiri, terutama nilai-nilai kebenaran al-Qur’an dan hadis. Oleh karenanya Ahmad Muthohar menegaskan bahwa pendidikan Pesantren didasari dan digerakkan dan diarahkan oleh nilai-nilai kehidupan yang bersumber pada pada ajaran dasar Islam. Nilai ini secara kontekstual disesuaikan dengan realitas sosial masyarakat. Perpaduan kedua sumber inilah yang membentuk pandangan hidup dan menetapkan tujuan yang akan dikembangkan oleh Pesantren.
Nilai-nilai dasar pesantren sebagai yang dikutip Ahmad Muthohar dari Mastuhu digolongkanmenjadi dua kelompok, yaitu:
a. Nilai-nilai agama yang memiliki nilai-nilai kebenaran mutlak yang bersifat fiqih-sufistik dan berorientasi pada kehidupan ukhrawi.
b. Nilai-nilai agama yang bernilai relative, bercorak empiris dan pragmatis untuk memecahkan berbagai persoalan kehidupan menurut hukum agama islam.
4. Fungsi Pesantren.
Secara historis fungsi pesantren selalu berubah sesuai dengan tren masyarakat yang dihadapinya, seperti masa-masa awal berdiri pesantren di zaman Syaikh Maulana Malik Ibrahim, berfungsi sebagai pusat pendidikan dan penyiaran Islam. Kedua fungsi bergerak saling menunjang. Pendidikan dapat dijadikan bekal dalam mengumandangkan dakwah, sedangkan dakwah dapar dimanfaatkan sebagai sarana dalam membangun sistem pendidikan. Pesantren dimasa awal ini, lebih dominan sebagai lembaga dakwah, sedangkan unsur pendidikan sekedar membonceng misi dakwah. Saridjo dkk, mempertegas fungsi pesantren pada kurun wali songo adalah mencetak calon ulama dan mubalig yang militant dalam menyiarkan agama islam.
Seiring dengan perkembangan zaman fungsi pesantrenpun ikut bergeser dan berkembang, sejalan dengan perubahan-perubahan sosial kemasyarakatan, di zaman kolonial Belanda fungsi pesantren disamping sebagai pusat pendidikan dan dakwah, juga sebagai benteng pertahanan. Sebagai diungkapkan oleh A. Wahid Zaeni pesantren sebagai basis pertahanan bangsa dalam perang melawan penjajah demi lahirnya kemerdekaan. Maka pesantren berfungsi sebagai pencetak kader bangsa yang benar-benar patriotic; kader yang rela mati demi memperjuangkan bangsa, sanggup mengorbankan seluruh waktu, harta dan jiwanya.
Pesantren juga dapat berfungsi sebagai lembaga Pembina moral dan kultural, yang menurut Ma’shum ada tiga yaitu
a. Fungsi relegius (diniyah.
b. Fungsi sosial (ijtimaiyah) dan fungsi edukasi. Ketika fungsi ini, masih berjalan sampai sekarang. Sejalan ketiga fungsi tersebut, Ahmad Jazuli dkk, mempertegaskan lagi bahwa fungsi pertama adalah menyiapkan santri mendalami dan menguasai ilmu agama Islam atau tafaqquh fiddin, yang diharapkan dapat mencetak kader-kader ualama dan turut mencerdaskan bangasa, kedua; dakwah menyebarkan Islam, dan ketiga benteng pertahanan moral bangsa dengan landasan akhlak karimah.
BAB III
PENUTUP
Keanekaragaman lembaga pendidikan Islam yaitu pesantrenmerupakan khazanah yang perlu dilestarikan. Setiap pesantrenmempunyai ciri khas danorientasi masing-masing, namun demikian harus ada satu komitmen, yaitu memberi pemahaman Islam secara kaffah. Dan hal ini juga harus didorong oleh kemauan dari para pengelola pesantren itu sendiri untuk melakukan pembaharuan pada aspek teknis operasionalnya, bukan padasubstansi pendidikan pesantren itu sendiri.
0 Response to "Contoh Makalah tentang Kepesantrenan"
Post a Comment